PASURUAN,kabar99news.com-Faktor yang menyebabkan Produksi Susu Kurang maksimal adalah Kesehatan ternak yang merupakan salah satu faktor penting untuk dapat mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi maupun produksi ternak termasuk sapi perah. Salah satu gangguan dan hambatan dalam peternakan sapi perah adalah ketika terjadi kasus Gangguan metabolisme merupakan masalah utama pada sapi perah masa transisi dan sering muncul sebelum timbulnya masalah kesehatan lebih lanjut dan Sindrom Sapi Ambruk (SSA) penyakit ini sering di derita oleh sapi di Indonesia dengan angka kerugian yang cukup tinggi di kalangan peternak. Di kecamatan Puspo Kabupaten Pasuruan Jawa Timur terdapat 7.378 ekor sapi perah dari 2.103 peternak sapi perah. Menurut data KUD Sembada tahun 2022 Di kecamtan puspo tercatat 354 Kasus sapi perah ambruk. Hal ini sering terjadi karena di sebabkan oleh penyakit metabolic dalam tubuh ternak sapi perah. Gangguan metabolic merupakan masalah utama pada sapi perah. Setidaknya ada 5 penyakit yang disebabkan oleh metabolic, diantaranya Hipocalsemia (kekurangan kalsium), Hipomagnetcemia (kekurangan magnesium), Ketosis ( kekurangan energi) Asidosis (kelebihan asam lambung), Fatty Liver Sindrom (kelebihan lemak dalam hati). Ganguan metabolic masalah utama dalam budidaya sapi perah, sehingga dapat merugikan peternak karena sapinya ambruk.
Banyak peternak yang belum paham akan pentingnya penyakit ini karena keterbatasan informasi dan pengetahuan. salah satu cara yang dapat dilakukan dengan melakukan pencegahan awal agar sapi perah tidak terjangkit penyakit sindrom sapi Ambruk dengan melakukan penyuluhan.
Lokasi Pelaksanaan Pengkajian di Kecamatan Puspo Kabupaten Pasuruan, dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan secara anjangsana dilaksanakan pada bulan Maret 2023 bertempat di desa Jimbaran, Desa Puspo, Desa Kemiri, Desa Palangsari dan desa Janjangwulung, Kecamatan Puspo Kabupaten Pasuruan.
Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah menggunakan metode survei, observasi dan wawancara.
Populasi kajian adalah seluruh peternak Sapi Perah di Kecamatan Puspo Kabupuaten Pasuruan sebanyak 72 ekor sapi perah dan 20 Orang peternak yang setor susu ke KUD.
Tujuan penyuluhan dalam penelitian ini adalah mengetahui Sikap peternak sapi perah dalam pencegahan sapi Perah ambruk setelah melahirkan.
Materi penyuluhan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan penyuluhan berdasarkan kajian adalah Pencegahan sapi perah ambruk setelah melahirkan.
Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan ini adalah anjangsana, diskusi, dan penyebaran leaflet.
Pada Bulan Januari sampai Bulan Desember tahun 2022, terdapat kasus sapi perah ambruk setelah melahirkan, dikecamatan puspo kabupaten pasuruan, hal ini diduga ternak mengalami hipokalsemia karena ternak kehilangan napsu makan, Tremore pada kaki belakang, sehingga diberikan alat penyangga untuk membantu ternak berdiri untuk merangsang otot agar tidak kaku.
Berdasarkan hasil kajian yang dilaksanakan untuk mencegah sapi perah ambruk setelah melahirkan dengan memperhatikan Faktor Predisposisi antara lain Umur, Produktifitas susu, pakan, dan kandang.
Diketahui produksi susu di kecamtan puspo dalam 8 hari pada periode 22-29 Februari tahun 2023 berbeda-beda antar responden, produksi susu
tertinggi mencapai 1.391 ltr dengan 16 sapi laktasi, sedangkan paling rendah 161 ltr dengan 2 sapi laktasi, masing-masing responden memiliki sapi laktasi jika di rata-rata maka produksi susu harian kurang lebih 20 ltr/hari. hal ini memungkinkan ternak terkena penyakit hipokalsemia, sesuai dengan pendapat (Bayu dan Rondius, 2012) Sapi dengan produksi air susu yang tinggi akan lebik rawan terkena Hipokalsemia, hal ini akibat dari tingginya mobilitas kalsium yang bergerak ke mammae dan keluar memalui susu.
Rata-rata umur Sapi perah laktasi di kecamatan puspo berkisar antara 3 – 4 tahun. Hal ini juga memungkinkan sapi perah terkena hipokalsemia karena sering terjadi pada indukan sapi perah yang telah berumur empat tahun lebih dan atau pada laktasi ke tiga dan seterusnya. sapi yang berumur lebih tua akan mengalami penurunan daya penyerapan kalsium.
Pakan yang diberikan peternak berupa hijauan sebanya 10% dari berat badan, Konsentrat A18 dengan kandungan Protein 18% dengan harapan 1 kg konsentrat dapat menghasilkan 2 liter susu. Jika kandungan gizi pada ransum tidak mencukupi kebutuhan tubuh sapi, hal ini akan sangat mendukung potensi terjadinya hipokalsemia. Pemakaian mineral dalam ransum konsentrat sapi perah adalah 2 % atau sekitar 20 gr / 100 kg berat badan pada induk yang sedang laktasi (Sapta A. 2014).
Langkah Pencegahan yang bisa dilakukan dengan menerapkan Standar Operasional prosedur :
1. Standar Operasional Prosedur Kering Kandang
a. Mengurangi Pemberian Konsentrat menjadi 1-2 Kg/Hari dan Hijauan/rumput tua sebanyak mungkin.
b. Melakukan Pemerahan Normal 2x/hari
c. Bersihkan ujung puting dengan alkohol
d. Masukan Obat Kering Kandang
e. Memberikan Vitamin ADE dan Anti pasrasit
f. Berikan Suplemen Liver Booster/Extraboran
2. Standar Operasional Prosedur Transisi/ 2-3 Minggu Sebelum Sapi Beranak,
a. Pemberian Air Minum Secara Rutin
b. Hindari kondisi sapi perah stress dan tidak nyaman
c. Pemberian vitamin ADE
d. Pemberian Magnesium/ MAG Pro 30 gr/hari sampai dengan satu bulan setelah sapi beranak
e. Pemberian Konsentrat 50%.
3. Standar Operasional Prosedur Sapi Beranak
a. Pakan Hijauan dan Konsentrat yang seimbang sesuai dengan kebutuhan ternak.
b. Pemberian Vitamin ADE + B12
c. Pemberian Magnesium/MAG PRO 2 Sendok Makan pada pagi dan sore
d. Pemberian Antibiotik LA ditambah ANALGESIK bila dibutuhkan.
4. Standar Operasional Prosedur Fresh Check Setelah Beranak
50 Hari setelah beranak dilakukan Pemeriksaan pada ternak menggunakan alat Metri checking, apabila cairan bersih dan normal maka tinggal menunggu waktu birahi, apabila cairan keruh maka dilihat derajat infeksinya dan diobati. diharapkan sapi birahi pada hari ke 68 sampai dengan 80 untuk memperoleh calving interval 12 bulan.
Irwan Darwis Bakhtiar petugas penyuluh menyampaikan kegiatan penyuluhan bertujuan untuk mengetahui Sikap peternak sapi perah dalam pencegahan sapi Perah ambruk setelah melahirkan dilakukan secara anjangsana yang dilaksanakan pada bulan Maret 2023 bertempat di desa Jimbaran, Desa Puspo, Desa Kemiri, Desa Palangsari dan desa Janjangwulung, Kecamatan Puspo Kabupaten Pasuruan. Pada bulan februari sampai dengan bulan Maret 2023 dengan jumlah sasaran 20 orang dan media yang digunakan adalah leaflet.
Hasil evaluasi penyuluhan diketahui peternak Sapi perah di kecamtan puspo berada pada tingkatan >75% yaitu 83,25% maka dapat disimpulkan bahwa peternak memiliki tingkat sikap menerima tentang pencegahan sapi perah ambruk setelah melahirkan Irwan berharap para peternak agar melaksanakan hasil penyuluhan sehingga dapat mengurangi angka sapi ambruk pasca melahirkan.(abr)